Selasa, 21 Agustus 2012

mwathirika bagi Maradilla...

http://www.maradilla.com/home/index.php?option=com_content&view=article&id=60:masa-lalu-dan-mwathirika&catid=35:journal&Itemid=54


Masa Lalu dan Mwathirika

E-mailPrintPDF

Moyooo. Tupuu. Babaaa. Hakii. Lacunaa. Lima nama mewakili kata-kata yang tidak terucap. Ekspresi, gerakan kecil, musik yang sangat membangun imajinasi, hingga coretan tegas yang bergerak-gerak di layar pendukung mengambil alih peran dialog yang biasanya menjadi pendukung cerita. Hari itu, saya menonton Mwathirika, pertunjukkan boneka dari Papermoon Puppet Theatre. Setelah sempat cemas karena belum membeli tiket sebelumnya, hati ini langsung sumringah setelah Tarlen berbaik hati memberikan tiketnya pada saya.

Photobucket

Ketika mata melihat panggung yang diisi dengan instalasi dua rumah berwarna-warni dan dua boneka yang sedang duduk di kursi, entah mengapa saya langsung teringat Gondry dalam karyanya The Science of Sleep. Apalagi, ketika pertunjukkan dimulai, lirik kanan dan lirik kiri, dapat saya lihat mata-mata yang berbinar kagum melihat sesuatu yang janggal: rumah dengan mata yang bergerak-gerak seperti ulat, manusia-manusia penggerak boneka dengan jumpsuit berwarna gelap dan kain diikat ke kepala, Seakan manusia-manusia itu terkoneksi dengan para boneka melalui jantung yang sama. Semiotika berbicara.

Photobucket

Beberapa lama kemudian, air mata mulai menetes. Tissue saya tawarkan ke Sammaria. Semakin hanyut dengan kesedihan dan ketakutan Tupu yang ditinggal oleh keluarganya yang dibawa oleh TNI, Lacuna yang berusaha menghibur, Haki yang mencoba untuk melindungi Lacuna dengan mencari aman, ah saya tidak begitu peduli dengan unsur politis yang tidak begitu saya pahami, yang saya cerna adalah bangsa kita memiliki luka yang masih menganga, terkadang kering namun ada saja faktor yang mengoyak luka tersebut menjadi kembali basah karena kita tutup mata.

Photobucket

Tema "masa lalu" selalu menarik perhatian saya. Melawan lupa, sengaja lupa, pura-pura lupa, atau apapun usaha kita atas sejarah kelam yang melekat pada pribadi maupun bangsa kita menjadi sebuah tanda bahwa kelampauan, tidak dapat dihindari, menjadi hal yang membentuk kita di masa kini. Pertunjukkan selesai, dan hati ini lega melihat keberhasilan Maria Tri Sulistyani (anak Letkol TNI AU) dan Iwan Effendi (cucu dalang yang menjadi tahanan politik selama 13 tahun) untuk memilih bercerita dari pihak yang mana, ini menjadi bukti bahwa mereka adalah seniman yang memiliki sikap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar